Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Saturday 9 February 2013

(Calon) Manten Galau


Rempong. Mungkin itu yang bakal aku bilang kalau ditanya gimana rasanya nyiapin pernikahan sendiri tanpa bantuan Wedding Organizer atawa WO. Terus aku bakal lanjutin jawab: rasanya juga pening, capek, ribet, sutris, deg-degan, jantung berdebar, bimbang, lemah, lesu, lunglai *sindrom lebay kronis: on*, tapi sekaligus seneng dan puas. Ya. Semua komplikasi itu aku rasain dalam waktu bersamaan. Dan akhirnya sodara-sodara sebangsa dan se-Tanah Air Beta, udah bisa ditebak ujungnya bakal berakhir dengan "galau ending"! *ngarang*

Sejak awal aku niat merit, aku memang nggak mau dan nggak pernah kepikiran pakai jasa WO. Bukan cuma soal budget yang keluar bisa dua kali lipat, tapi aku juga ngerasa kurang ada kepuasan batin kalau big day di hidupku disiapin sama orang lain. Well, mungkin bagi sebagian capeng yang sibuk dan pastinya punya dana berlebih, menggunakan jasa WO adalah hal yang lumrah. Terutama WO yang pro dan udah punya nama. Tapi buatku, susahnya kita nyiapin dan ngurus ini-itu demi sebuah pernikahan impian secara swadaya, bakalan lebih berkesan. Seenggaknya kita bisa punya cerita yang bisa kita bagi ke anak-cucu kita untuk sekedar sharing pengalaman yang terjadi sekali seumur hidup. Iya, nggak? Iya, dong! *maksa membabi-buta*


Jadi kayak yang aku bilang di awal, efek samping dari kemandirian itu bisa berujung pada kegalauan tak berujung. Aku lagi ngalamin itu. Pasalnya, saking banyaknya hal yang harus diurus, aku sampai bingung dari mana aku mesti mulainya. Nggak tanggung-tanggung, untuk ngatasin ke-telmi-anku, aku udah nyoretin satu buku yang aku siapin khusus sebagai Wedding Planner-ku. Isinya mulai dari apa aja yang kudu disiapin, budgeting, list berbagai vendor, schedule tiap bulan, daftar tamu undangan, sampai resep sayur asem (lho?), semua aku tulis di situ. Maksudnya sih biar aku punya acuan untuk nyiapin hari H nanti. Tapi planning tinggal planning. Toh kenyataannya, banyak yang berubah dari rencana awal. Tapi nggak semuanya sih. Syukurnya. Dan itu pun dikarenakan sikon di lapangan lebih binal dari yang tertulis di kertas _ _"

 

Misalnya aja planning yang mau beli segala pretelan kekurangan merit setelah prewed. Bulan ini, aku dan pipi udah dijadwalkan untuk foto prewed. Dan aku baru tahu, ternyata persiapan prewed itu sama ribetnya dengan nyiapin pernikahan itu sendiri. Bedanya, keribetan prewed masih dalam skala yang jauh lebih kecil. Jadilah aku dan pipi harus fokus untuk nyiapin prewed dulu sebelum nyiapin yang lain. Tapi emang dasar capeng ganjen bin centil, sambil nyiapin prewed yang tinggal bentar lagi, aku iseng-iseng tanya berbagai vendor yang jualan souvenir dan box hantaran pernikahan. Iseng tanya beberapa box yang aku mau untuk melengkapi box seserahan dan angsulanku yang masih kurang, ternyata ujungnya aku malah shopping di salah satu vendor yang menurutku harganya lumayan miring dibanding vendor sejenis lainnya. Malah akhirnya bukan cuma box yang aku beli, tapi juga tutup mika dan hiasan pita untuk box sekalian. Naluri emak-emak doyan borongnya tiba-tiba nongol! Haha! Abisnya malu hati juga, udah SMS-an sama si mbaknya yang punya vendor itu dari siang sampai malem, terus ditanya, "jadi gimana, mbak? Mau yang mana? Berapa?", eh... ujungnya nggak jadi beli. Tengsin, cong! Jadilah aku manut aja ngikutin kemauan si mbak-mbak vendor untuk beli dagangan dia. Wkwk! Bilang aja modus pengen belanja! *kabur genjot becak*

Dan, kebetulan baru aja si mbaknya SMS ngagetin kalau orderanku udah kelar dibuat. Foto salah satu orderanku, yaitu pita hias customized, di-upload di FB si mbaknya. Nih, sekalian aja aku pamerin ya? ^^

Order from www.rumahhantaran.com or you can add FB ownernya: "Yenny Ikarini" :-)

Eniwei, nyinggung soal prewed lagi, sebenernya planning prewed kami pun bergeser dari tanggal yang udah disepakatin sebelumnya. Untungnya, gesernya sih nggak jauh-jauh. Cuma diundur seminggu dari jadwal yang ditetepin. Sempet sedikit shock dan (lagi-lagi) galau, waktu Mas Irfan si fotografer prewedku, tiba-tiba nelpon minta tanggal prewed kami harus diubah karena alesan tertentu. Setelah transaksi tanggal (lho?), akhirnya diputusin kalau kami bakalan difoto prewed hari Minggu, tanggal 24 Februari 2013. Aku sengaja minta hari Minggu karena sekolah biasanya sepi di hari itu. Eh, sekolah? Yup! Aku pakai sebuah SD swasta di kotaku sebagai lokasi foto prewed kami. Aku nggak mau dong kalau pas lagi serius pose, ada banyak anak SD ngerubungin kami kayak lagi nonton topeng monyet. Jadi bukan cuma harus fix ulang tanggal dengan pihak sekolah, aku juga harus konfirmasi lagi ke salon yang bakal aku pakai untuk make up-in waktu prewed. Soalnya, si mbak-mbak yang bakalan ngelenongin aku nanti bakal ngintil kami prewed seharian. Tuh kan rempong, cyin?

Oke, nggak cukup sampai di situ kegalauanku. Aku juga galau soal mahar. Awalnya aku minta mahar ke pipi sejumlah uang koin sesuai tanggal merit kami nanti. Tapi di suatu malam yang dingin dan senyap tanpa suara tokek, aku tiba-tiba minta beberapa uang koin yang udah disiapin pipi sebagai mahar diganti dengan uang kertas dan semuanya kudu uang kuno. Alesannya sih biar hias maharnya nanti lebih mudah. Soalnya, niatnya aku memang pengen hias sendiri maharku nanti supaya lebih irit (atau pelit? _ _" ). Kalau koin semua, ideku mentok. Tapi kalau ada uang kertasnya, ada aja ide yang nyelip. Eh, pas pipi udah sanggup untuk ganti mahar yang aku minta, tiba-tiba aku bilang kalau hiasnya nanti di vendor aja. Alesannya, biaya yang dikeluarin kalau kita hias sendiri dan hias di vendor nggak beda jauh. Biar pipi yakin, aku jabarin rincian biayanya dengan gaya sok jadi akuntan dadakan. Wkwk! Giliran pipi udah ACC, eh... aku malah ngomong lagi kalau aku mau coba hias sendiri aja, nggak jadi pakai jasa vendor. Gubrak! *pipi langsung ngasah golok*

See? Kegalauan laknat ini bener-bener lagi nyerang aku dengan riang gembira. Sampai-sampai aku juga galau aku ini cantik atau manis, sih? Jiakakak! *readers minggat sambil ngupil*

Oke, lupakan! Intinya, persiapan pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah. Nggak semudah yang tertulis di Wedding Planner, nggak semudah yang diajarin guru agamaku soal syarat nikah, dan nggak semudah yang pernah aku tonton di film kartun waktu Cinderella nikah sama pangerannya. Karena Cinderella nggak perlu minta surat keterangan ke Ketua RT-nya atau ngurus administrasi ke KUA buat nikah.

1 comment:

  1. Dear Pocarisw,

    I've checked your blog and found that some of your postings are similiar to mine. Including this one.

    This is my link and tell me what you see! --> http://lovelyshironeko.blogspot.com/2013/02/calon-manten-galau.html?m=0

    I wrote all of my postings based on my own thoughts. So, it would be appreciated if you give me credit when you want to copy one or more of my postings. Respect is a must.

    So, would you confirm me about this?

    Thanks.

    Owner of lovelyshironeko.blogspot.com

    ReplyDelete