Sejak awal, gue pengen resepsi pernikahan cukup diadakan dengan sederhana di rumah. Hemat. Itu poin utamanya. Gue pikir budget untuk sewa gedungnya lebih baik dialokasikan untuk hal lain yang lebih penting atau tambahan biaya hidup setelah merit. Kalau toh ada juga gedung yang harga sewanya murce di bawah sepuluh jeti, gue tetep keukeuh pengen di rumah aja. Soalnya walau harga sewa gedungnya murah, lha emang kita merit cuma butuh gedung kosong doang yang nggak pake kursi dan dekorasi? Belum lagi charge vendor non-rekanan gedung, transportasinya, deesbre deesbra. Itu semua butuh duit yang buanyak bukan daon kelor campur tissue plus nasi bungkus aja, masbro! So, a big no no for me! Sekali lagi, daripada menghamburkan duit hanya untuk perayaan sehari aja, mending duitnya bakal tabungan masa depan gue dan pipi.
Selain itu, bagi gue rumah adalah venue yang punya fleksibilitas tinggi soal waktu. Kita bisa memulai dan mengakhiri pesta kapan aja kita mau. Kalau di gedung, dateng telat dikit aja bisa berabe yang biasanya sih berimbas pada nggak kebagian makanan. Ngenes. Klise dan klasik, tapi akhirnya rumah tetap pilihan venue resepsi ideal bagi gue. Kecuali kalau ada yang mau modalin nikahan gue dengan budget tak terhingga dan gedungnya bisa disewa sehari semalam tanpa biaya tambahan. Haha!
Resepsi gue dimulai dengan upacara Panggih. Klik aja gambarnya untuk lihat lebih jelas ^^ |
Acara resepsi gue berlangsung di hari yang sama setelah akad nikah, yaitu Minggu, 23 Juni 2013, tepat jam 10 teng sesuai schedule. Beda banget sama akad yang kudu molor setengah jam gara-gara manten dodol (take a peek cerita akad). Tradisional Jogja bernuansa warna maroon jadi tema resepsi gue. Acara diawali dengan upacara Panggih ala Jogja, upacara Bubak Kawah (makna simbolis dalam adat Jawa bahwa saat itu orang tua gue mantu pertama), Tari Karonsih dan pelepasan sepasang merpati, ditutup doa, and the last... acara santap-menyantap! Sementara para tamu pada binal menyerbu buffet dan pondokan biadab yang bikin nggak kuat iman, mantennya malah langsung sibuk riang gembira meladeni para tamu lainnya
Upacara Bubak Kawah, Tari Karonsih, dan pelepasan sepasang merpati. Klik gambarnya untuk memperbesar ^^ |
Eniwei baidewei nowei, walau niat awalnya diadakan dengan sederhana di rumah, pada akhirnya resepsi gue malah jadi meriah, sodara-sodara! Dipastikan lebih dari 1.000 tamu yang hadir. Sebenarnya gue cuma pengen mengundang sedikit orang. Tamu gue sendiri cuma terdiri dari para sahabat dan rekan kantor yang nggak lebih dari 50 orang. Tapi rencana itu menguap begitu aja. Orang tua gue sangat nggak setuju dengan ide itu. Budaya kita yang masih terlalu mainstream bahwa sebuah pesta pernikahan harus mengundang semua orang yang dikenal kayaknya jadi alasan utama orang tua menolak ide minim tamu gue. Kalau pada nggak diundang, nanti takut jadi omongan orang, takut disangka sombong, nggak enak hati, bla bla bla. -__-"
Gue pun mengalah untuk mau menambah undangan. Hasil kompromi nggak boleh lebih dari 600 orang, dengan pembagian 50% jatah bokap-nyokap dan 50% buat gue, pipi, mama calon mertua (waktu itu masih calon), dan para kakak. Tapi riilnya sih undangan untuk orang tua gue membengkak dan disiasati dengan (terpaksa) memangkas list tamu kita dan yang lain. Itu pun masih kurang juga karena kayaknya 600 undangan itu mestinya jumlah tamu orang tua gue sendiri. Ckckck! Gue dan pipi akhirnya (atau begonya?) malah latah mengundang semua teman yang layak diundang (yang totalnya buncit jadi 200-an orang!) melalui social media dikarenakan keterbatasan undangan fisik yang ngepres. Weleh... weleh... bener-bener luluh lantak intimate party impian gue! *jedotin kepala ke panci*
Tapi ya sudahlah, pemirsa... bagaimana pun pernikahan kan melibatkan banyak pihak termasuk orang tua, jadi saling menghargai aja. Meski di sana-sini masih banyak kekurangan dan agak melenceng dari planning awal, gue tetap bersyukur karena banyaknya tamu berarti banyak orang yang mendoakan kita. Yang penting acaranya berjalan lancar, tamu senang, makanan berlimpah bahkan sisa banyak, dan mantennya cakep! Yang terakhir itu ahey sekali! XD
Pada akhirnya, gue merasa pernikahan gue tetap sederhana, tapi meriah. Meriah tapi nggak berlebihan. Semuanya diselenggarakan sesuai dengan kemampuan dan alhamdulillah selesai acara masih ada sisa tabungan di ATM dan sisa dana lainnya yang kita pake untuk kredit motor. Yah... balik lagi ke prinsip, sih! Sesederhana atau semewah apapun, yang namanya pernikahan tetap aja disebut pernikahan. Resepsi hanya sebuah ceremonial belaka. Yang terpenting adalah bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga setelah resepsi itu berlangsung. Ya, nggak? *kesambet Mario Teguh*
Sepintas soal vendor (review detailnya segera menyusul, ya! ^^ )
- Make Up, Adat, dan Dekorasi: Salon Shinta (Ibu Sundari). Penampakan bijimane ketiganya diklik aja foto-foto yang eksis di sini, ya! :p
- Catering: Catering Kartini. Ueenaaak (pengakuan dari beberapa teman sih mereka sampe ketagihan pengen makan mulu! :D ), dapet diskon dan bonus, dan masih sisa banyak walau tamu rame banget!
- Dokumentasi: Infra Photoworks (Mas Irfan and team). Yuk monggo kamu nilai sendiri jepretannya Mas Irfan dkk melalui foto-foto yang gue pamerin di posting ini! ;-)
- Tenda: Estu Sae Group. Sori tapi gue harus jujur, ini vendor paling nggak banget di acara gue. Gue bakal curhat di posting khusus vendor. :'-(
- Entertainment: Juwita Music. Gue nyebutnya sih the Awesome Juwita of the Kampung. Alasannya? Cek posting khusus vendor aja, ya! :p
- Undangan dan Souvenir: Jogja Kreasi dan Ucok Souvenir Jogza. Disesuaikan tema yang tradisional, undangannya bambu dengan desain khas Jogja. Souvenirnya juga dipilih yang kesannya tradisional tapi punya manfaat kayak centong nasi kayu sonokeling itu. :-)
- Scrap-Guest-Book: Crafty Patty. Udah pernah dibahas scrap-guest-book gue di tekape ini, jadi silakan diintip aja or ditunggu review-nya lagi di posting khusus vendor! ^^
- Henna dan Nail Art: Pita Henna dan Belleza Salon. Cerita nail art sebenarnya udah pernah dikupas di sini. Tapi untuk vendornya, bakal dibahas khusus, ya! ^^
The People:
My family |
Pipi's family |
Our family |
dengan para kakak dan para adik :3 |
Foto bareng girlband paling fenomenal abad ini: The Mbah! Nyahaha! *dilempar sirih* |
My big famz |
Terakhir adalah galeri foto Duo Narsis (baca: gue dan pipi) yang ngeksis di kewongan. Silakan dicekibrot dan muntah berjamaah! Wkwkwk! Kalau perlu nggak usah dilihat aja, deh! Karena virus narsis itu bisa menular! Nyahahaha! *ngakak salto*
- Ageman/busana pertama: Paes Ageng Kanigaran
- Ageman/busana kedua: kebaya modern maroon
Dear Pocarisw,
ReplyDeleteI've checked your blog and found that some of your postings just like my postings on my blog. Including this one. A view days ago I edit the post a lil bit, but still your post is similiar to mine.
This is my link and tell me what you see! --> http://lovelyshironeko.blogspot.com/2013/11/review-resepsi-sederhana.html
I wrote all of my postings based on my own thoughts. So, it would be appreciated if you give me credit when you want to copy one or more of my postings. Respect is a must.
So, would you confirm me about this?
Thanks.
Owner of lovelyshironeko.blogspot.com