Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Saturday, 30 November 2013

Pesta Pernikahan yang Keren Itu... Simple, Sweet, and Intimate!

Okay, frontal banget kan judulnya? Sesuai sama pernikahan impian ala gue...

Sebenernya sih labil juga mau posting ini. Beberapa hari lalu gue kan baru aja ripiu tentang resepsi pernikahan gue, which is nggak begitu sesuai ekspektasi gue. Eh, tapi nggak gitu amat juga, sih! Simple? Yes! Sweet? Eum... bisalah! Apalagi mantennya... sweet banget! Hahay! Okay, skip! Intimate? A big nope! Absolutely nope!

Mestinya sih ini bakal jadi postingan nggak penting. Secara ya kewongan gue udah lewat dan alhamdulillah berlangsung lancar kayak tol. Bukan maksud hati juga nggak bersyukur sama kewongan kemarin, tapi gue jadi nyaingin galaunya abege alay kalau nggak ngemengin apa yang ada di otak gue yang nggak seberapa ini tentang pernikahan keren impian gue yang sebenernya. Yes, the voices are telling me that I should write this down and post it right away! Halah!

Cewek mana yang nggak pengen pernikahannya dihelat semewah putri kerajaan? Hampir semua cewek. Gue salah satunya. Jujur aja. Tapi apa daya, kantong tak sampai. Hihi. Tapi nggak masalah juga, sih! Soalnya pada kenyataannya gue justru lebih ngiler kalau lihat pernikahan yang diadakan secara sederhana. Sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan orang-orang tersayang yang bener-bener kita kenal dan kenal kita. Sederhana dengan dekorasi simpel nan manis yang bikin teduh mata yang lihat. Sederhana dengan segala kehangatan dan keintiman. Itulah sebenernya pernikahan yang gue impikan selama ini dan bener-bener bikin gue ngiler setengah busyet. Dan oiya, satu hal lagi yang nggak boleh kelupaan! Lokasinya kudu di outdoor, di sebuah taman atau kebun yang rindang dengan suara kicauan burung, dan mungkin ada kolam ikan lengkap dengan air mancurnya. Pokoknya mirip romantic garden party ala bule-bule gitu, deh! Aww...!! Tuh kan baru nulis gini aja gue udah ngences. *brb mau ambil tissue dulu*

 

Nyatanya? Budaya. Yah, gue kepentok sama budaya yang udah ada dari zaman mbah gue pleigrup. Budaya yang sebagian besar bertentangan dengan ide gue tentang segala kerennya pesta pernikahan impian ala gue. Ditambah lagi sikon yang nggak mendukung yang ada di sekitar gue. Mau nggak mau, gue pun harus membuang salah satu wishlist dari dalam kotak harta karun yang selama ini gue simpan di dalam mimpi gue. Gue harus kompromi sama kenyataan--walau agak berat.


Kalau mau dijabarin kenapa akhirnya pesta pernikahan impian gue yang keren itu pupus, mungkin sampe teteknya Jupe kempes juga nggak bakalan kelar. *lha... mesyum kumat... bawa-bawa tetek -__-" *. Tapi beberapa intinya sih begindang, pemirsa...
  • Pertama, lokasinya nggak cucok, bo! Secara niat awal pengen resepsian di rumah aja biar hemat bin irit, kalau mau pake tema pernikahan ala gue itu--yang kudu outdoor kebon--bakalan nganar kalau diadain di rumah gue. Sebabnya rumah gue adalah tipe-perumahan-mepet-tembok-tanpa-halaman-cuma-ada-teras-itupun-sempit-dan-jalan-depannya-aspal-blas. Solusinya sih ya cari lokasi lain yang lebih pas, kayak di restoran bernuansa garden. Tapi pasti harga sewanya mahal, cing! Nah, biar lebih hemat, undang tamunya sedikit aja kali! Undang sedikit tamu? Langsung merosot ke poin kedua aja, deh!
  • Undang sedikit tamu dan jadilah anak durhaka! Oh okay, itu premis yang berlebihan. Orang tua gue nggak sampe ngutuk gue kayak gitu. Syukurnya. Tapi waktu gue mengutarakan niat mulia gue untuk mengundang beberapa orang aja, ekspresi nyokap jadi kayak pengen masukin gue ke perutnya lagi. Bokap juga langsung kayak pengen bantuin nyokap masukin gue ke perutnya nyokap. Dan akhirnya gue pun cuma bisa pasrah. Ya iyalah... daripada gue balik lagi ke perut? Nggak sih, cing! Intinya mah orang tua gue nggak mau jadi bahan gosip empuk orang-orang yang nggak diundangnya. See? Elo nggak undang mereka di hajatan elo, maka siap-siap jadi selebriti dadakan. Pastinya in a negative way. That's the fact. Shit. Rempongnya resepsi kalau udah dihadapkan pada budaya sosial macam gini, ya? *ngobrol sama plastik kresek*
  • Garden party itu budaya bule, kita mah nggak kayak gitu. Ya emang iya. Gue inget kakak gue pernah bilang kalau garden party kayak yang gue pengen itu nggak sesuai sama budaya dan adat kita. Di mana nggak sesuainya juga gue nggak ngerti. Emang sih pesta dengan konsep garden party begindang masih jarang banget diadain di tempat gue--yang masyarakatnya cenderung mainstream bahwa pernikahan adalah pesta formal--jadi mungkin bakal janggal dan ada rasa aneh bagi tamu. Tapi buat gue sih justru unik. Dan gue emang suka segala hal yang di luar kebiasaan umum. Ah, percuma. Tetep aja ide gue dianggep ngasal. -__-
Seandainya--boleh kan berandai-andai walaupun nggak bakal kejadian juga--seandainyaaa... aja kalau waktu itu resepsi gue bisa digelar sesuai konsep yang gue pengen, gue pengen banget garden party dengan tema njawani yang kental. Dekorasinya tetep simpel tapi semua kudu bernuansa etnik Jogja. Ada loro blonyo, gamelan, sepeda ontel, jarik batik, gunungan, dan printilan lain yang mendukung tema. Keren tuh pasti! Warnanya tetep pilihan gue ke maroon. Tapi pastel or putih juga cucok abis untuk pesta kebon begindang. Ah... sutralah... berandai-andai gini malah bikin gue nyesek! (lha... syukurin! Salah sendiri pake posting segala! #ngehek)


Yah... akhirnya sih kita udah sama-sama paham kalau tiap orang punya dream wedding-nya masing-masing. Tapi kita juga kudunya nyadar diri untuk nggak menyesali sesuatu yang nggak semestinya disesali sampe berlarut-larut kalau apa yang dimau nggak kesampean. Meski nggak sepenuhnya sesuai pengennya gue, pernikahan gue tetep berkesan buat gue. Sampe kapan pun. Hari terpenting di hidup gue, nggak mungkin nggak berkesan, kan? Gue bersyukur karena gue masih bisa mengadakan resepsi dan mengundang banyak tamu. Banyak orang di luar sana yang boro-boro resepsi, bisa bayar administrasi KUA tanpa ngutang aja udah syukur. Atau orang-orang lainnya yang mungkin bisa mengadakan resepsi perfect dan mewah, tapi pernikahannya berakhir dengan perceraian. Jadi, apa lagi alesan gue untuk nggak mensyukuri rezeki dan semuanya yang melancarkan pernikahan gue? :-)

Gue juga mengingatkan diri gue sendiri bahwa pernikahan bukan cuma antara kita dan dia. Tapi juga ada orang tua dan keluarga di sana. Orang tua membebaskan gue untuk memilih sendiri laki-laki yang pantas gue jadikan suami. Ada restu orang tua yang nggak mungkin bisa gue gantikan hanya demi ego atas sebuah simple, sweet, and intimate garden party semata. Yah... meskipun pendapat gue tetep belum berubah kalau konsep pernikahan kayak gitu emang keren, tapi... orang tua gue dan restunya itu lebih keren, cing! (eh, itu nggak salah beneran gue yang nulis kan, ya?) *takjub sendiri*


*) Gambar: berbagai sumber

Friday, 29 November 2013

Glitzy Glazes Halloween Collection

Hi everyone, happy Friday!  I hope everyone had a fantastic Thanksgiving.  Obviously I've had a weird posting schedule this week and that was because I've been in Marco Island, Florida.  I don't like to say when I'm on vacation (paranoid much?) but I'll be heading back home today.  This was the first time my family went away on vacation for a holiday and it was really awesome.  Thanksgiving was never really my holiday and now that I have food allergies, it really isn't :)  Let me tell you though, Christmas is my holiday.  I plan on decorating this weekend!  Anyways, we spent the week down here, right on the beach and it's been fantastic.  Eight years ago I lived in Florida and I was sad to move away.  

Today I have a belated Halloween collection, which I actually won in a giveaway.  I tried to pair everything with non-Halloween polishes to make them appropriate for Fall.  You can read more about each polish below.  

Crypt Doors Creak-

First up, was visually my favorite polish just by looking at the bottles.  However, this one had the harder formula to work with.  This polish is a combination of matte grey, white, and black glitters in various shapes in an iridescent sheer purple base.  My problem with this polish was that my glitters stuck to the bottom and sides and I got so much base when trying to dig out the glitters.  I tried shaking, turning the bottle upside down, tilting the bottle but they continued to sink.  I used two coats over Essie Playa del Platinum, which is a light grey cream.



Dying to Meet You-

Next up is one of my favorites of the four!  Dying to Meet You is a very unique polish and is a medium cool blue shimmer with small glitters.  I'm pretty sure this would be easy to build up on its own but I chose to layer one coat over OPI Incognito in Sausalito.  




Cadaverous Pallor-

Next up is by far one of the most unique polishes I've ever seen.  Cadaverous Pallor is a nude jelly polish with plum colored hexes and gold bar glitter.  The formula was slightly thick, but nothing problematic.  I liked this polish because it reminded me of funfetti cupcakes, just with subtle colors.




Grim Grinning Ghosts-

Last up, my favorite, Grim Grinning Ghosts.  I wasn't sure about this one in the bottle, but on the nail I loved it.  This polish is a delicate combination of pastel lime green and white glitter in a clear base.  I used one coat of OPI Keeping Suzi at Bay.  I think this polish could be very versatile and used over just about any color :)  The formula was perfect.




Overall I was really happy with my Glitzy Glazes prize winnings.  Let me know which one is your favorite in comments!

Tuesday, 26 November 2013

Battle Ombre: Light Blues Vs. Dark Blues (+ future giveaway)

Hi everyone, hope your week is going well :)  Today I have the last day of Battle Ombre, light blue vs. dark blue.  Based on your votes so far, the giveaway polishes will be green if one of these blues doesn't beat it out.  Since this is the last round of voting, I plan to announce the color winner and start the giveaway this weekend :)  Don't forget to vote for your favorite in the upper right hand corner of the page, otherwise, green will win ;)

I have so many blues in my collection that it seemed fitting to do a light sky blue versus a darker cobalt blue.  For the light blues I used Zoya Blu, Essie In the Cab-ana, Zoya Rocky, China Glaze Sunday Funday, and Essie Avenue Maintain.



For the darker blues, I used Essie Butler Please, OPI Eurso Euro, OPI Keeping Suzi at Bay, OPI I Saw...You Saw...We Saw Warsaw, and OPI Incognito in Sausalito.



Don't forget to vote for your favorite in the upper right corner.  Let me know what you think!

Monday, 25 November 2013

Review Resepsi (Sederhana)

Sekarang lagi hits banget resepsi pernikahan di gedung mewah. Demi mengikuti tren (atau gengsi?), banyak capeng yang kayaknya 'mewajibkan' diri agar pesta pernikahannya nanti juga diadakan di gedung dengan segala kemewahan sealaihum gambreng. Sah-sah aja selama mampu. Lain ceritanya kalau 'memaksakan' untuk mampu, ya! Jujur, gue salah satu orang yang nggak mau repot memaksakan itu.

Sejak awal, gue pengen resepsi pernikahan cukup diadakan dengan sederhana di rumah. Hemat. Itu poin utamanya. Gue pikir budget untuk sewa gedungnya lebih baik dialokasikan untuk hal lain yang lebih penting atau tambahan biaya hidup setelah merit. Kalau toh ada juga gedung yang harga sewanya murce di bawah sepuluh jeti, gue tetep keukeuh pengen di rumah aja. Soalnya walau harga sewa gedungnya murah, lha emang kita merit cuma butuh gedung kosong doang yang nggak pake kursi dan dekorasi? Belum lagi charge vendor non-rekanan gedung, transportasinya, deesbre deesbra. Itu semua butuh duit yang buanyak bukan daon kelor campur tissue plus nasi bungkus aja, masbro! So, a big no no for me! Sekali lagi, daripada menghamburkan duit hanya untuk perayaan sehari aja, mending duitnya bakal tabungan masa depan gue dan pipi.

Selain itu, bagi gue rumah adalah venue yang punya fleksibilitas tinggi soal waktu. Kita bisa memulai dan mengakhiri pesta kapan aja kita mau. Kalau di gedung, dateng telat dikit aja bisa berabe yang biasanya sih berimbas pada nggak kebagian makanan. Ngenes. Klise dan klasik, tapi akhirnya rumah tetap pilihan venue resepsi ideal bagi gue. Kecuali kalau ada yang mau modalin nikahan gue dengan budget tak terhingga dan gedungnya bisa disewa sehari semalam tanpa biaya tambahan. Haha!

Resepsi gue dimulai dengan upacara Panggih. Klik aja gambarnya untuk lihat lebih jelas ^^

Acara resepsi gue berlangsung di hari yang sama setelah akad nikah, yaitu Minggu, 23 Juni 2013, tepat jam 10 teng sesuai schedule. Beda banget sama akad yang kudu molor setengah jam gara-gara manten dodol (take a peek cerita akad). Tradisional Jogja bernuansa warna maroon jadi tema resepsi gue. Acara diawali dengan upacara Panggih ala Jogja, upacara Bubak Kawah (makna simbolis dalam adat Jawa bahwa saat itu orang tua gue mantu pertama), Tari Karonsih dan pelepasan sepasang merpati, ditutup doa, and the last... acara santap-menyantap! Sementara para tamu pada binal menyerbu buffet dan pondokan biadab yang bikin nggak kuat iman, mantennya malah langsung sibuk riang gembira meladeni para tamu lainnya yang nggak binal sama buffet dan pondokan yang ngebet foto bareng kita tiap abis salaman. Hoho! *manten sok ngartis*

Upacara Bubak Kawah, Tari Karonsih, dan pelepasan sepasang merpati. Klik gambarnya untuk memperbesar ^^

Eniwei baidewei nowei, walau niat awalnya diadakan dengan sederhana di rumah, pada akhirnya resepsi gue malah jadi meriah, sodara-sodara! Dipastikan lebih dari 1.000 tamu yang hadir. Sebenarnya gue cuma pengen mengundang sedikit orang. Tamu gue sendiri cuma terdiri dari para sahabat dan rekan kantor yang nggak lebih dari 50 orang. Tapi rencana itu menguap begitu aja. Orang tua gue sangat nggak setuju dengan ide itu. Budaya kita yang masih terlalu mainstream bahwa sebuah pesta pernikahan harus mengundang semua orang yang dikenal kayaknya jadi alasan utama orang tua menolak ide minim tamu gue. Kalau pada nggak diundang, nanti takut jadi omongan orang, takut disangka sombong, nggak enak hati, bla bla bla. -__-"

Gue pun mengalah untuk mau menambah undangan. Hasil kompromi nggak boleh lebih dari 600 orang, dengan pembagian 50% jatah bokap-nyokap dan 50% buat gue, pipi, mama calon mertua (waktu itu masih calon), dan para kakak. Tapi riilnya sih undangan untuk orang tua gue membengkak dan disiasati dengan (terpaksa) memangkas list tamu kita dan yang lain. Itu pun masih kurang juga karena kayaknya 600 undangan itu mestinya jumlah tamu orang tua gue sendiri. Ckckck! Gue dan pipi akhirnya (atau begonya?) malah latah mengundang semua teman yang layak diundang (yang totalnya buncit jadi 200-an orang!) melalui social media dikarenakan keterbatasan undangan fisik yang ngepres. Weleh... weleh... bener-bener luluh lantak intimate party impian gue! *jedotin kepala ke panci*

Tapi ya sudahlah, pemirsa... bagaimana pun pernikahan kan melibatkan banyak pihak termasuk orang tua, jadi saling menghargai aja. Meski di sana-sini masih banyak kekurangan dan agak melenceng dari planning awal, gue tetap bersyukur karena banyaknya tamu berarti banyak orang yang mendoakan kita. Yang penting acaranya berjalan lancar, tamu senang, makanan berlimpah bahkan sisa banyak, dan mantennya cakep! Yang terakhir itu ahey sekali! XD

Pada akhirnya, gue merasa pernikahan gue tetap sederhana, tapi meriah. Meriah tapi nggak berlebihan. Semuanya diselenggarakan sesuai dengan kemampuan dan alhamdulillah selesai acara masih ada sisa tabungan di ATM dan sisa dana lainnya yang kita pake untuk kredit motor. Yah... balik lagi ke prinsip, sih! Sesederhana atau semewah apapun, yang namanya pernikahan tetap aja disebut pernikahan. Resepsi hanya sebuah ceremonial belaka. Yang terpenting adalah bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga setelah resepsi itu berlangsung. Ya, nggak? *kesambet Mario Teguh*

Sepintas soal vendor (review detailnya segera menyusul, ya! ^^ )
  • Make Up, Adat, dan Dekorasi: Salon Shinta (Ibu Sundari). Penampakan bijimane ketiganya diklik aja foto-foto yang eksis di sini, ya! :p
  • Catering: Catering Kartini. Ueenaaak (pengakuan dari beberapa teman sih mereka sampe ketagihan pengen makan mulu! :D ), dapet diskon dan bonus, dan masih sisa banyak walau tamu rame banget!
 
  • Dokumentasi: Infra Photoworks (Mas Irfan and team). Yuk monggo kamu nilai sendiri jepretannya Mas Irfan dkk melalui foto-foto yang gue pamerin di posting ini! ;-)  
 
    • Tenda: Estu Sae Group. Sori tapi gue harus jujur, ini vendor paling nggak banget di acara gue. Gue bakal curhat di posting khusus vendor. :'-(
    • Entertainment: Juwita Music. Gue nyebutnya sih the Awesome Juwita of the Kampung. Alasannya? Cek posting khusus vendor aja, ya! :p
    • Undangan dan Souvenir: Jogja Kreasi dan Ucok Souvenir Jogza. Disesuaikan tema yang tradisional, undangannya bambu dengan desain khas Jogja. Souvenirnya juga dipilih yang kesannya tradisional tapi punya manfaat kayak centong nasi kayu sonokeling itu. :-)
        • Scrap-Guest-Book: Crafty Patty. Udah pernah dibahas scrap-guest-book gue di tekape ini, jadi silakan diintip aja or ditunggu review-nya lagi di posting khusus vendor! ^^
         
                • Henna dan Nail Art: Pita Henna dan Belleza Salon. Cerita nail art sebenarnya udah pernah dikupas di sini. Tapi untuk vendornya, bakal dibahas khusus, ya! ^^
                 

                  The People:
                  My family
                  Pipi's family
                  Our family
                  dengan para kakak dan para adik :3
                  Foto bareng girlband paling fenomenal abad ini: The Mbah! Nyahaha! *dilempar sirih*
                  My big famz
                  My besties ever: SanDeGA! Kita udah sohiban selama kurang lebih 12 tahun! Sayang, minus 3 personil di foto ini. Cho, Chibi, dan Ceatinx ada di luar kota dan sikonnya nggak memungkinkan balik ke Bandar Lampung. Hiks! Tapi Cho diwakilin nyokap dan adiknya dateng ke resepsi. Kalau Chibi dan Ceatinx kasih selamat dan doa via SMS dan pesbuk. Dari ki-ka: Bhoim, Mami Anya, Chiki, dan Alya. Fyi, nama yang terpampang itu adalah nick masing-masing bukan nama asli! :p
                  Ria (left) dan Keti (right) ini juga sohibul khoir gue sejak ngampus dulu. Terutama Ria yang sering ikutan gue nge-gahol bareng SanDeGA. Eh, si Ria ini lagi demen banget curhat soal ke-gundah gulana-annya dia akibat jombloisme sialan, pemirsa! Apakah ada laki-laki di luar sana yang bersedia menyingkirkan kegalauannya? Hayoo... tunjuk kaki! :p

                  Terakhir adalah galeri foto Duo Narsis (baca: gue dan pipi) yang ngeksis di kewongan. Silakan dicekibrot dan muntah berjamaah! Wkwkwk! Kalau perlu nggak usah dilihat aja, deh! Karena virus narsis itu bisa menular! Nyahahaha! *ngakak salto*
                  • Ageman/busana pertama: Paes Ageng Kanigaran
                  • Ageman/busana kedua: kebaya modern maroon